Friday, February 21, 2014

Hadirkan Rizal Kurniady, Insinyur yang Banting Setir Jadi Pengusaha Kuliner

Oleh : Heritanto Sagiya, Wartawan Pontianak Post

Akademi Berbagi kali ini menghadirkan Rizal Kurniady, seorang insinyur lulusan Institut Teknologi Bandung yang banting setir menjadi pengusaha kuliner. Pernah bekerja di berbagai perusahaan, baik di dalam maupun luar negeri, pria kelahiran Pontianak itu justru mengaku menemukan passion pada usaha kuliner. Bagaimana ceritanya?
HERIYANTO, Pontianak

Wajahnya klimis, pakaiannya rapi, dan bicaranya penuh semangat. Itulah sosok Rizal Kurniady. Dia pria yang ramah dan terbuka. Di depan para peserta Akademi Berbagi yang sore kemarin menggelar diskusi di ruang Redaksi Pontianak Post, Rizal berbagi pengalaman bagaimana menemukan passion sebagai pengusaha kuliner. Rizal Kurniady pernah tercatat sebagai mahasiswa Teknik Sipil ITB pada 2002. Rizal sendiri masuk ke kampus bergengsi ini bukan karena dia suka dengan jurusan yang dipilihnya, melainkan karena faktor kakaknya yang juga pernah menimba ilmu di sana.

“Kebetulan kakak saya punya buku-buku yang lengkap. Jadi saya pikir kalau masuk ke ITB bisa berhemat, tak perlu buku lagi,” ujar Rizal.Keluarganya sangat mendukung Rizal masuk ITB. Masuk ITB berarti masa depan akan cerah. “Katanya kalau masuk ITB bisa kerja di mana saja dengan mudah,” cerita Rizal.

Rizal menjalani perkuliahan dengan lancar meski selama perkuliahan dia mengaku tak menemukan sesuatu yang sebenarnya dia cari. “Saya bertahun-tahun itu masih saja galau. Ada sesuatu yang sepertinya kok belum saya temukan,” lanjutnya.

akber pontianak
BERBAGI : Rizal Kurniady berbagi pengalaman hingga menemukan bisnis yang cocok dengan dirinya, saat diskusi di Redaksi Pontianak Post, Senin (2/12). MUJADI/PONTIANAK POST

Usai menamatkan kuliah, Rizal bekerja di sejumlah perusahaan baik di dalam maupun luar negeri. Dia  antaralain menjadi Graduate Engineer Development Program di J. Ray McDermoot  Asia Pacific yang bermarkas Batam dan Singapura pada 2006 hingga 2008. Dia juga pernah menjadi analist PT. Daya Dimensi Indonesia, Mega Kuningan Jakarta. Bahkan Rizal pernah menjadi konsultan sumber daya manusia di sebuah perusahaan luar negeri. 

Meski mendapatkan posisi yang bagus dan gaji yang menjanjikan, Rizal merasa belum menemukan pekerjaan yang dirasa pas di hati. “Saya pernah bekerja di perusahaan Oil and Gas,” kata Rizal. “Di sana saya menjadi salah satu insinyurnya. Saya diminta membuat desain gedung perusahaan itu. Saya kerja dari pagi hingga malam. Buka pintu ketemu crane, pabrik, dan meja kerja. Setiap hari begitu. Saya kerap merasa, kok sepertinya saya tidak menemukan kenikmatan ya?”

Rizal pernah juga menggeluti bidang psikologi. Suatu ketika dia membaca buku-buku psikologi. Dia pun kemudian tertarik mempelajari bidang ini. Pernah suatu ketika dia terfikir untuk kuliah psikologi. Meski kemudian dia mengurungkan niat. “Tetapi saya terlanjur suka dan tetap mempelajari bidang ini,” katanya. Dari ilmu psikologi ini dia mengaku bisa memahami berbagai karakter manusia.

Dari sana pula dia bisa mempelajari mengenai dirinya sendiri. “ Saya kerap mengajukan pertanyaan pada diri sendiri, apa sih sebenarnya tujuan kita bekerja? Ujung-ujungnya kan bagaimana menemukan kebahagiaan. Yang membahagiakan tentu bekerja sesuai passion dan keinginan kita,” ujar pria yang mengaku masih jomblo itu. Dari situ dia juga sadar, bukan kedudukan atau gaji tinggi yang bisa membuat orang merasa menikmati suatu pekerjaan, melainkan passion.

Sekembali ke Pontianak tiga tahun lalu, Rizal mencoba membuka sejumlah usaha yang disukainya. Salah satunya kuliner. Dia membuka usaha warung makan yang dia namakan Raja Uduk di jalan Teuku Umar. “Saya merasa usaha kuliner ini sangat mengasyikan. Sesuatu yang bukan sekadar usaha, tetapi sesuatu yang bisa dinikmati,” katanya. Sampai sekarang usaha rumah makan ini terus berkembang. Rizal berharap bisa terus mengembangkan sejumlah usaha lain yang disukainya.

Kepala Sekolah Akademi Berbagi, Iwan Setiawan mengatakan, pengalaman yang dimiliki Rizal Kurniady memang sangat menarik untuk dibagi pada peserta kelas ini. Karena itulah kelas ini sengaja mengundang Rizal agar mampu memberikan inspirasi bagi para peserta. “Kami terus mengadakan diskusi dengan berbagai tema. Ini adalah kelas ketujuh yang kami adakan. Kebetulan kali ini kami mencoba membahas mengenai bagaimana seseorang bekerja sesuai passion mereka. Semoga ini memberikan inspirasi pada banyak orang,” ujarnya.

Akademi Berbagi adalah gerakan sosial nirlaba yang bertujuan untuk berbagi pengetahuan, wawasan dan pengalaman yang bisa diaplikasikan langsung di lapangan. Menurut Iwan Setiawan, akademi berbagi kerap mengundang praktisi atau akademisi untuk berbagai pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki. Di Pontianak, Akademi Berbagai kerap menggelar berbagai diskusi, mulai soal pendidikan, blog, hingga teater. Setiap peserta bebas mengikuti diskusi tanpa dipungut biaya. Organisasi nirlaba ini digawangi para anak-anak muda yang visioner, cinta bangsa dan negara  yang tidak tinggal saat menyaksikan kondisi pendidikan di negeri ini yang semakin berpihak pada mereka yang berkantong tebal. (Heritanto Sagiya,)

0 comments:

Post a Comment